setelahpemaparan selama 4 jam pengamatan selama 3 hari setelah terjadinya from AA 1. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; by Subject; Setelah pemaparan selama 4 jam pengamatan selama 3. School No School; Course Title AA 1;
ArticlePDF AvailableAbstractRoti tawar merupakan salah satu produk bakery yang mudah mengalami kerusakan sehingga mempunyai umur simpan yang rendah. Kerusakan oleh kapang merupakan faktor kerugian yang cukup besar pada industri roti. Salah satu cara untuk mengawetkan roti tawar dapat ditambahkan bahan pengawet. Pengawet yang digunakan pada penelitian ini kalsium propionat, nipagin serta kombinasi antara kalsium propionat dan nipagin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia, jumlah koloni kapang dan umur simpan roti tawar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu faktor yaitu, variasi rasio antara kalsium propionat dan nipagin. Data karakteristik kimia dianalisis secara statistik menggunakan one way ANOVA. Jika data menunjukkan hasil beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pengawet dapat menurunkan jumlah koloni kapang, kadar air dan pH serta mempertahankan kadar lemak, protein, abu dan karbohidrat. Selain itu, penambahan pengawet dapat memperpanjang umur simpan roti tawar. Roti tawar tanpa pengawet mempunyai umur simpan 2 hari sedangkan roti tawar dengan penambahan pengawet 100% kalsium propionat, 75% kalsium propionat + 25% nipagin, 50% kalsium propionat + 50% nipagin, 25% kalsium propionat + 75% nipagin dan 100% nipagin mempunyai umur simpan 3 hari. Namun, kombinasi pengawet kalsium propionat dan nipagin tidak memberikan efek sinergis. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 121 Karakteristik Kimia dan Penentuan Umur Simpan Roti Tawar Dengan Penambahan Kalsium Propionat dan Nipagin Chemical Characteristics and Determination shelf life of Wheat Bread with Adding Calcium Propionate and Methyl Paraben Dwi Rustanto1 , Choiroel Anam1*, Nur Her Riyadi Parnanto1 Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta *Korespondensi penulis choiroelanam ABSTRACT Wheat bread is one of a bakery products that easily damaged or has a short shelf life. One way to preserve wheat bread from damage is by adding preservatives. In this research, using calcium propionate, methyl paraben, and combination between calcium propionate and methyl paraben as preservatives. In this study aims to know chemical characteristics, number of mold and shelf life of wheat bread. This research used Completely Randomized Design CRD with one factor, that was variation ratio between of calcium propinate and methyl paraben. Chemical characteritics data were analyzed statistically using one way ANOVA. If the result showed a real difference between sample then proceed with DMRT analyzed at α = 0,05. The results showed that by adding preservatives could decrease total colony of mold, water content, and pH value but could maintain fat, protein, ash, and carbohydrate content. However by adding preservatives, could extend shelf life of wheat bread. Wheat bread without preservatieves had a shelf life of two days but wheat bread with 100% calsium propionate, 75% calsium propionate + 25% methyl paraben, 50% calsium propionate + 50% methyl paraben, 25% calsium propionate + 75% methyl paraben dan 100% methyl paraben had a shelf life of three days. However, combination of calcium propionate and methyl paraben have no synergistic effect. Keywords wheat bread, calcium propionate, methyl paraben, shelf life. ABSTRAK Roti tawar merupakan salah satu produk bakery yang mudah mengalami kerusakan sehingga mempunyai umur simpan yang rendah. Kerusakan oleh kapang merupakan faktor kerugian yang cukup besar pada industri roti. Salah satu cara untuk mengawetkan roti tawar dapat ditambahkan bahan pengawet. Pengawet yang digunakan pada penelitian ini kalsium propionat, nipagin serta kombinasi antara kalsium propionat dan nipagin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia, jumlah koloni kapang dan umur simpan roti tawar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu faktor yaitu, variasi rasio antara kalsium propionat dan nipagin. Data karakteristik kimia dianalisis secara statistik menggunakan one way ANOVA. Jika data menunjukkan hasil beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji DMRT pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pengawet dapat menurunkan jumlah koloni kapang, kadar air dan pH serta mempertahankan kadar lemak, protein, abu dan karbohidrat. Selain itu, penambahan pengawet dapat memperpanjang umur simpan roti tawar. Roti tawar tanpa pengawet mempunyai umur simpan 2 hari sedangkan roti tawar dengan penambahan pengawet 100% kalsium propionat, 75% kalsium propionat + 25% nipagin, 50% kalsium propionat + 50% nipagin, 25% kalsium propionat + 75% nipagin dan Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 122 100% nipagin mempunyai umur simpan 3 hari. Namun, kombinasi pengawet kalsium propionat dan nipagin tidak memberikan efek sinergis. Kata Kunci roti tawar, kalsium propionat, nipagin, umur simpan. PENDAHULUAN Roti tawar merupakan salah satu produk olahan dari tepung terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Bramtarades et al., 2012. Harga yang relatif murah menyebabkan roti tawar mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Sudarno, 2015. Namun, roti tawar memiliki umur simpan yang sangat pendek yaitu 2-3 hari Lohano, 2010. Selama penyimpanan, roti tawar dapat mengalami penurunan mutu yang ditandai dengan tumbuhnya kapang sehingga menyebabkan roti tawar memiliki bau dan rasa yang tidak menyenangkan, tektur keras, remah gelap dan lengket serta perubahan warna kulit Koswara, 2009. Kerusakan secara mikrobiologis merupakan kerugian yang cukup besar pada industri rerotian. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan yaitu air. Pertumbuhan mikroba tidak pernah terjadi tanpa adanya air. Air dalam substrat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba biasanya disebut dengan water activity aw Anggarani dan Rusijono, 2015. Nilai aktivitas air pada roti tawar yaitu 0,9 Rogers dan Brimelow, 2005. Kapang merupakan penyebab utama pembusukan pada produk roti. Kapang yang umumnya mengkontaminasi produk roti berasal dari kelompok Penicillium, Rhizopus dan Aspergillius Sitanggang, 2017. Salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan kapang maka dapat ditambahkan bahan pengawet Sudirman, 2012. Pengawet yang biasa digunakan dalam industri roti untuk menghambat pertumbuhan mikroba antara lain propionat, sorbat, benzoat, nipagin dan asam asetat Pyler dan Gorton, 2008 dalam Nelson, 2010. Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah kalsium propionat, nipagin serta kombinasi antara kalsium propionat dan nipagin. Kalsium propionat efektif dalam menghambat pertumbuhan kapang pada roti dan hasil olahan tepung lainnya dan mempunyai efektivitas optimum sampai pH 6 Tranggono et al., 1988 sedangkan nipagin efektif menghambat pertumbuhan kapang pada produk bakery Igoe, 2011 dan mempunyai tingkat keefektivan paling tinggi pada pH 3-8 Saputra, 2006. Salah satu cara untuk mengetahui keefektivan kombinasi pengawet tersebut maka dilakukan analisis terhadap umur simpan roti tawar. Penentuan umur simpan roti tawar menggunakan metode Extended Storage Studies yang dilakukan dengan cara menyimpan bahan pangan pada kondisi normal dan dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutu setiap hari hingga mencapai tingkat mutu kedaluwarsa Susiwi, 2009. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dengan memanfaatkan penambahan pengawet kalsium Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 123 propionat dan nipagin dalam meningkatkan umur simpan roti tawar. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kapang pada roti tawar selama penyimpanan dan karakteristik kimia meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat dan pH. METODE PENELITIAN Roti dibuat dengan melakukan beberapa tahapan yang dimulai dengan tahapan pencampuran bahan, yaitu 300 gram tepung terigu, 24 gram gula, 2,4 gram ragi roti, 1 gram pengembang, 7,8 gram susu bubuk dihomogenkan dengan menggunakan mixer. Selanjutnya, ditambahkan kalsium propionat, nipagin dan 4,8 gram garam serta 18 gram shortening. Setelah itu, air sebanyak 160 ml ditambahkan sedikit demi sedikit. Proses pencampuran dengan mixer dilakukan seam 30 menit. Adonan yang sudah kalis didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit, kemudian adonan dipipihkan hingga ketebalan ± 2 cm. Adonan yang telah dipipihkan, digulung, dan dimasukkan ke dalam loyang dan selanjutnya difermentasi dalam proofer selama 60 menit pada suhu 40OC. Setelah itu, pemanggangan dilakukan pada suhu 150OC selama 30 menit. Metode analisis dalam penelitian ini kadar air menggunakan metode grafimetri, kadar abu metode pengabuan kering, kadar lemak metode soxhlet, kadar protein metode kjehdahl, karbohidrat metode by difference, pH dengan pH meter, kapang dengan metode analisa total koloni kapang, umur simpan dengan metode ESS dan uji organoleptik dengan metode mutu hedonik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kimia Hasil karakteristik kimia roti tawar dengan penambahan kalsium propionat dan nipagin dapat dilihat pada Tabel1. Tabel 1. Karakteristik Kimia Roti Tawar Kombinasi Kalsium Propionat dan Nipagin Keterangan Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf signifikansi 0,05 Kontrol Tanpa Pengawet KP Kalsium Propionat N Nipagin Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 124 Kadar Air Nilai kadar air roti tawar menunjukkan nilai yang beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. Kadar air roti tawar tanpa pengawet sebesar 33,62% sedangkan kadar air roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 30,62% sampai 32,39%. Kadar air maksimal roti tawar berdasarkan syarat mutu BSN 01-38401995 yaitu 40%. Dengan demikian, kadar air roti tawar tanpa pengawet maupun roti tawar yang ditambahkan pengawet telah memenuhi syarat mutu BSN. Menurut Gulo 2008, penambahan pengawet dapat menurunkan kadar air bahan pangan dikarenakan bahan pengawet bersifat higroskopis, untuk menguraikan garam pengawet menjadi asam dibutuhkan air yang diperoleh dari bahan pangan tersebut sehingga air dalam bahan pangan menjadi berkurang. Semakin banyak pengawet yang ditambahkan maka air yang terikat menjadi semakin banyak sehingga kadar air bahan pangan akan menurun. Kadar Abu Nilai kadar abu roti tawar menunjukkan nilai yang beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. Kadar abu roti tawar tanpa pengawet sebesar 0,54% sedangkan kadar abu roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 1,22% sampai 1,41%. Syarat mutu BSN 01-38401995, kadar abu maksimal roti tawar yaitu 1%. Dengan demikian, kadar abu roti tawar yang ditambahkan pengawet lebih dari batas standar maksimal kadar abu roti tawar yaitu 1%, sedangkan kadar abu roti tawar yang tidak ditambahkan pengawet sudah sesuai dengan BSN yaitu 0,54%. Penambahan pengawet dapat meningkatkan kadar abu roti tawar. Menuru Haryati 2010, pengawet dapat meningkatkan kadar abu pada bahan pangan karena mengandung mineral. Kadar Lemak Nilai kadar lemak roti tawar menunjukkan nilai yang tidak beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. Kadar lemak roti tawar tanpa pengawet sebesar 6,09% sedangkan kadar lemak roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 6,11% sampai 6,28%. Menurut Wijayanti 2007, kadar lemak roti tawar terutama dipengaruhi oleh jenis lemak yang digunakan dalam adonan. Berdasarkan penelitian Hardoko et al.. 2010, roti tawar dengan penambahan shortening sebesar 10% menghasilkan kadar lemak roti tawar sebesar 9,83%. Menurut Buckle 1978, penambahan pengawet kalsium propionat dan nipagin digunakan hanya untuk menghambat, memperlambat pembusukan, pengasaman ataupun dekomposisi zat-zat makanan lainnya sehingga bahan makanan tersebut dapat disimpan lebih lama. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 125 Kadar Protein Nilai kadar protein roti tawar menunjukkan nilai yang tidak beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. Kadar protein roti tawar tanpa pengawet sebesar 5,31% sedangkan kadar lemak roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 5,39% sampai 5,51%. Menurut Wijayanti 2007, kadar protein roti tawar terutama dipengaruhi oleh jenis tepung dan susu yang digunakan. Tepung yang sering digunakan dalam pembuatan roti tawar adalah jenis hard wheat yang mempunyai kandungan protein tinggi yaitu 12-14% sedangkan susu yang sering digunakan dalam pembuatan roti tawar adalah jenis susu skim non fat skim milk yang mengandung protein kasein, gula laktosa dan kalsium. Berdasarkan penelitian Waruwu et al. 2015, roti tawar dari tepung terigu dengan penambahan 10% susu skim menghasilkan kadar protein roti tawar sebesar 6,37%. Menurut Buckle 1978, penambahan pengawet kalsium propionat dan nipagin digunakan hanya untuk menghambat, memperlambat pembusukan, pengasaman ataupun dekomposisi zat-zat makanan lainnya sehingga bahan makanan tersebut dapat disimpan lebih lama. Kadar Karbohidrat Nilai kadar protein roti tawar menunjukkan nilai yang tidak beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. Kadar karbohidrat roti tawar tanpa pengawet sebesar 54,45% sedangkan kadar lemak roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 54,52% sampai 56,47%. Menurut Rahmah 2017, kadar karbohidrat roti tawar terutama dipengaruhi oleh jenis tepung yang digunakan. Hasil penelitian Fauzan 2013, menunjukkan bahwa kadar karbohidrat roti tawar dengan 100% tepung terigu sebesar 53,69%. Menurut Buckle 1978, kalsium propionat dan nipagin digunakan hanya untuk menghambat, memperlambat pembusukan, pengasaman ataupun dekomposisi zat-zat makanan lainnya sehingga bahan makanan tersebut dapat disimpan lebih lama. Nilai pH Nilai pH roti tawar menunjukkan nilai yang beda nyata antara keenam formulasi pada taraf signifikansi 0,05. pH roti tawar tanpa pengawet sebesar 5,78 sedangkan pH roti tawar dengan penambahan pengawet berkisar antara 5,66 sampai 5,69. Hasil penelitian Smith et al., 2004, roti tawar mempunyai kisaran pH 5,7. Menurut Winarno 2002, bentuk garam seperti kalsium propionat dan nipagin mempunyai kelarutan yang lebih besar. Pemberian kalsium propionat dan nipagin sampai level tertentu akan menurunkan pH bahan makanan tersebut. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya asam dalam bahan makanan yang merupakan hasil penguraian dari garam pengawet. Menurut Doorman dan Deans 2000, ion H+ yang dilepaskan akan menyebabkan nilai pH semakin rendah. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 126 Total Koloni Kapang Kalsium propionat dan nipagin dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang pada bahan pangan Weber, 2008. Syarat mutu BSN tentang roti tawar untuk kapang maksimum 1,0 x 104 koloni/g atau 4 log koloni/g. Roti tawar tanpa penambahan pengawet hanya mampu menghambat pertumbuhan kapang sampai jam ke-48 yaitu 3,83 log koloni/g. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Mirzana 2016 yang mana sampel roti tawar yang digunakan mulai ditumbuhi jamur Aspergillus sp pada hari ke-3. Menurut Lohano 2010, roti yang dikemas dan disimpan pada suhu ruang dapat bertahan selama 2-3 hari. Penambahan pengawet lebih mampu menghambat pertumbuhan kapang pada roti tawar dibandingkan roti tawar tanpa penambahan pengawet seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Total Koloni Kapang Roti Tawar dengan Kombinasi Kalsium Propionat dan Nipagin Jumlah Kapang log koloni/gram Keterangan Kontrol Tanpa Pengawet, KP Kalsium Propionat N Nipagin Roti tawar dengan perlakuan variasi kombinasi pengawet mampu menghambat pertumbuhan kapang pada jam yang sama, yaitu jam ke-72 dengan total koloni kapang berkisar antara 3,72 sampai 3,84 log koloni/g. Berdasarkan penelitian Tarar 2008, roti yang ditambahkan kalsium propionat sebesar 0,2% menghasilkan 2,7 x104 koloni/g atau 4,43 log koloni/g pada jam ke-72. Menurut Ashagrie dan Abate 2012, perlakuan kombinasi yang terdiri dari dua atau lebih pengawet lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena dapat menghasilkan efek sinergis. Namun, pada penelitian ini perlakuan kombinasi pengawet kalsium propionat dan nipagin yang diaplikasikan dalam roti tawar tidak menghasilkan efek sinergis dalam menghambat pertumbuhan kapang. Penurunan Mutu Rasa Selama penyimpanan terjadi penurunan mutu roti tawar dilihat dari atribut rasa dari yang awal sangat enak khas roti tawar semakin lama berubah menjadi sangat tidak enak dan muncul rasa tambahan. Perubahan yang sering terjadi pada roti tawar yaitu tumbuh kapang pada permukaan produk dan timbulnya aroma yang tidak sedap diikuti dengan Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 127 berubahnya cita rasa Herawati, 2008. Penurunan mutu roti tawar dilihat berdasarkan atribut rasa selama penyimpanan pada setiap formulasi. Hasil analisa mutu rasa seperti disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Penurunan Mutu Rasa Analisis sensoris berdasarkan atribut rasa dihentikan ketika panelis menolak untuk melakukan uji dikarenakan roti tawar mulai rusak. Kerusakan roti tawar ditandai dengan munculnya kapang pada permukaan roti tawar dan menimbulkan aroma tengik. Roti tawar mulai menimbulkan aroma tengik dan kapang ketika disimpan selama 3 hari untuk roti tawar tanpa pengawet dan 4 hari untuk roti tawar dengan penambahan pengawet. Umur simpan roti tawar tanpa pengawet yaitu selama 2 hari sedangkan umur simpan roti tawar dengan penambahan pengawet yaitu selama 3 hari. Aroma Penyimpanan dapat menyebabkan terjadi penurunan mutu roti tawar dilihat dari atribut aroma dari yang awal sangat khas roti tawar semakin lama berubah menjadi sangat tengik. Gambar 2 menunjukkan penurunan mutu roti tawar dilihat berdasarkan atribut aroma selama penyimpanan pada setiap formulasi. Gambar 2. Penurunan Mutu Aroma Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 128 Ketengikan disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak, logam berat dan logam porfirin. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik Winarno, 2002. Dari hasil analisis sensori aroma maka dapat ditentukan umur simpan dari roti tawar berdasarkan pada batas penolakan produk skor 3 yang menunjukkan bau agak tengik. Roti tawar mulai menimbulkan bau agak tengik ketika disimpan selama 3 hari untuk roti tawar tanpa pengawet dan 4 hari untuk roti tawar dengan penambahan pengawet. Umur simpan roti tawar tanpa pengawet yaitu selama 2 hari sedangkan umur simpan roti tawar dengan penambahan pengawet yaitu selama 3 hari. Kenampakan Atribut warna juga merupakan salah satu tanda terjadinya penurunan mutu roti tawar selama penyimpanan dilihat dari atribut warna dari yang awal berwarna sangat cerah dan tidak ada jamur semakin lama berubah menjadi gelap dan kusam serta terdapat banyak jamur. Gambar 3 menunjukkan penurunan mutu roti tawar dilihat berdasarkan atribut warna selama penyimpanan pada setiap formulasi Gambar 3 Penurunan Mutu Kenampakan Perubahan warna roti tawar dari sangat cerah menjadi gelap dan kusam dapat disebabkan oleh mulai tumbuhnya kapang pada permukaan roti tawar. Beberapa jenis kapang yang umumnya mengontaminasi produk roti berasal dari kelompok Penicillium, Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 129 Rhizopus dan Aspergillius Sitanggang, 2017. Rhizopus stolonifer memiliki warna putih seperti kapas dan spot hitam, Penicillium expansum dan Penicillium stolonifer memiliki spora berwarna hijau sedangkan Aspergillus niger memiliki warna kehijauan atau coklat keunguan sampai hitam dan pigmen kuning yang berdifusi ke dalam roti Ayub et al., 2003. Dari hasil analisis sensori kenampakan maka dapat ditentukan umur simpan dari roti tawar berdasarkan pada batas penolakan produk skor 3 yang menunjukkan warna gelap dan kusam serta mulai tumbuh jamur. Roti tawar mulai menimbulkan warna gelap dan kusam serta mulai tumbuh jamur ketika disimpan selama 3 hari untuk roti tawar tanpa pengawet dan 4 hari untuk roti tawar dengan penambahan pengawet. Umur simpan roti tawar tanpa pengawet yaitu selama 2 hari sedangkan umur simpan roti tawar dengan penambahan pengawet yaitu selama 3 hari. Tekstur Penurunan mutu roti tawar dilihat dari atribut tekstur dari yang awal sangat empuk semakin lama berubah menjadi sangat keras selama penyimpanan. Gambar 4 menunjukkan penurunan mutu roti tawar dilihat berdasarkan atribut tekstur selama penyimpanan pada setiap formulasi. Gambar 4. Penurunan Mutu Tekstur Sugiharto 2016, menyampaikan bahwa perpindahan kadar air dari bagian crumb menuju crust menyebabkan crumb menjadi lebih kering, keras, dan rapuh sedangkan crust menjadi lembek, alot, dan hilang kerenyahannya. Berdasarkan hasil analisis sensori tekstur, dapat ditentukan umur simpan dari roti tawar berdasarkan pada batas penolakan produk skor 3 yang menunjukkan tekstur agak keras. Roti tawar mulai menimbulkan tekstur agak keras ketika disimpan selama 4 hari. Umur simpan roti tawar menggunakan metode ESS Extended Storage Studies diketahui selama 3 hari. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 130 Penentuan Umur Simpan Tabel 3. Umur Simpan Roti Tawar dengan Kombinasi Kalsium Propionat dan Nipagin Keterangan Kontrol Tanpa Pengawet KP Kalsium Propionat N Nipagin Berdasarkan hasil analisi sensori, diketahui bahwa salah satu parameter mutu yang dijadikan sebagi indikator kerusakan titik kritis/faktor mutu kritis dari roti tawar berdasarkan pada parameter yang paling cepat sampai pada batas penolakan produk yang menunjukkan tidak suka. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa roti tawar tanpa pengawet memiliki umur simpan 2 hari dikarenakan parameter rasa, aroma dan kenampakan memiliki umur simpan lebih pendek dibandingkan parameter tekstur. Roti tawar dengan penambahan pengawet berdasarkan parameter rasa, aroma, kenampakan dan tekstur memiliki umur simpan yang sama yaitu 3 hari. Berdasarkan analisis total koloni kapang, roti tawar tanpa pengawet memiliki umur simpan selama 2 hari. Hasil tersebut sesuai dengan penentuan umur simpan roti tawar menggunakan metode ESS yang mana roti tawar tanpa pengawet memiliki umur simpan selama 2 hari. Hasil penelitian Mirzana 2016, roti tawar tanpa pengawet memiliki umur simpan selama 2 hari karena pada hari ke-3 sampel roti tawar tersebut mulai ditumbuhi jamur pada hari ke-3. Menurut Lohano 2010, roti yang dikemas dan disimpan pada suhu ruang dapat bertahan selama 2-3 hari. Berdasarkan analisis total koloni kapang pada roti tawar dengan perlakuan variasi kombinasi pengawet memiliki umur simpan sampai 3 hari. Hasil tersebut sesuai dengan penentuan umur simpan roti tawar menggunakan metode ESS yang mana roti tawar dengan penambahan pengawet memiliki umur simpan selama 3 hari. Hasil penelitian Tarar 2008, roti yang ditambahkan kalsium propionat 0,2% memiliki umur simpan selama 2 hari. Penelitian Ashagrie dan Abate 2012, roti yang ditambahkan kalsium propionat 0,3% memiliki umur simpan selama 4 hari sedangkan penelitian Azanza 2016, roti yang ditambahkan kalsium propionat 0,3% dan potasium sorbat 0,1% memiliki umur simpan selama 4 hari. Menurut Ashagrie dan Abate 2012, perlakuan kombinasi yang terdiri dari dua atau lebih pengawet lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena dapat menghasilkan efek sinergis. Namun, pada penelitian ini perlakuan kombinasi Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 131 pengawet kalsium propionat dan nipagin yang diaplikasikan dalam roti tawar tidak menghasilkan efek sinergis dalam menghambat pertumbuhan kapang. KESIMPULAN Perlakuan perbandingan konsentrasi kalsium propionat dan nipagin memberikan pengaruh beda nyata terhadap kadar air, abu dan pH. Namun, perlakuan perbandingan konsentrasi kalsium propionat dan nipagin tidak menunjukkan beda nyata terhadap kadar protein, lemak dan karbohidrat. Penambahan pengawet dapat memberikan pengaruh berupa penurunan koloni kapang pada roti tawar tetapi kombinasi pengawet kalsium propionat dan nipagin tidak memberikan efek sinergisme. Penambahan pengawet kalsium propionat dan nipagin dapat memperpanjang umur simpan roti tawar tetapi kombinasi pengawet tersebut tidak memberikan efek sinergisme. Roti tawar tanpa pengawet mempunyai umur simpan 2 hari sedangkan roti tawar yang merupakan kombinasi dari prosentase pengawet 100% kalsium propionat, 75% kalsium propionat + 25% nipagin, 50% kalsium propionat + 50% nipagin, 25% kalsium propionat + 75% nipagin dan 100% nipagin mempunyai umur simpan 3 hari. DAFTAR PUSTAKA Anggarani, Mirwa Adiprahara dan Rusijono. 2015. Optimasi Pengawetan Produk Jamur Tiram Segar sebagai Upaya Penguatan Industri Olahan Jamu. Jurnal Sains dan Matematika Ashagrie Z dan D Abate. 2012. Improvement of Injera Shelf Life Through The Use of Chemical Preservatives. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development Vol. 12. No. 5. Ayub, Mohammad, Said Wahab dan Yasser Durrani. 2003. Effect of Water Activity Aw Moisture Content and Total Microbial Count on the Overall Quality of Bread. International Journal Of Agriculture & Biology. Azanza, Maria Patricia V., Emil Emmanuel C. Estilo dan Florenda S. Gabriel. 2016. Stalling Control in Philiphine Yeast Bread Pandesal Using Hydrocolloids and Emulsifiers. Philippine Journal of Science Vol. 145 No. 1 Bramtarades, I Gusti Putu Bayu, I Nengah Kencana Putra, Ni Nyoman Puspawati, Komang Ayu Nocianitri,, Wiadnyani. 2010. Formulasi Terigu Dan Tepung Keladi Pada Pembuatan Roti Tawar. Skripsi. Universitas Udayana. Buckle, Edward, Fleet, dan Wotton, M. 1978. Ilmu Pangan Terjemahan Purwono dan Adiono. UI Press, Jakarta. Doorman dan Deans. 2000. Antimicrobial Agents From Plants Antibacterial Activity Of Plant Volatile Oils. Journal of Applied Microbiology. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 132 Fauzan, Muthia. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa Terhadap Kandungan Gizi, Serat dan Volume Pengembangan Roti. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro. Gulo, Timotius T. 2008. Pengaruh Pencampuran Tepung Terigu Dengan Tepung Jagung dan Konsentrasi Natrium Propionat Terhadap Mutu Roti Tawar. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Hardoko, Liana Herdarto dan Tagor Marsillam Siregar. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Ipomoea batatas L. Poir Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan Pada Roti Tawar. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XXI No. 1 Haryati, Dwi. 2010. Pengaruh Konsentrasi Kalsium Propionat Terhadap Angka Lempeng Total dan Mutu Kimia Bubuk Kedelai Sebagai Minuman. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Herawati, Heny. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 274. Igoe, 2011. Dictionary of Food Ingredients. Springer Science Business Media. Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pegolahan Roti. Lohano, Dileep Kumar, Saghir Ahmed Sheikh dan Muhammad Shahnawaz. 2010. Effect of Chemical Preservatives on the Shelf Life of Bread at Various Temperature. Pakistan Journal Of Nutrition 9 3 279-283 Mirzana, Dina Khaira, Netty Suharti dan Arni Amir. 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas 5 2 Nelson, Renée Albers. 2010. Food Technology Fact Sheet. Robert M. Kerr Food & Agricultural Products Center. Rahmah, Annisa, Faizah Hamzah dan Rahmayuni. 2017. Penggunaan Tepung Komposit Dari Terigu, Pati Sagu dan Tepung Jagung Dalam Pembuatan Roti Tawar. Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Rahman, Subur. 2010. Formulasi Tepung Kentang Hitam Solenostemon Rotundifolius dan Tepung Terigu Terhadap Beberapa Komponen Mutu Roti Tawar. Skripsi. Universitas Mataram. Rogers E. Krees dan C. J. B. Brimelow. 2000. Instrumentation and Sensors For The Food Industry. New York Woodhead Publishing Limited. Saputra, Sigit Jaya. 2006. Pemilihan Bahan Pengawet yang Sesuai pada Produk Tahu Putih. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Sitanggang, Azis Boing. 2017. Faktor Kerusakan Produk Bakeri dan Pengendaliannya. Bogor Institut Pertanian Bogor. Smith, James P, Daphne Phillips Daifas, Wassim El-Khoury, John Koukoutsis dan Anis El-Khoury. 2004. Shelf Life And Safety Concerns Of Bakery Products. Critical Reviews In Food Science And Nutrition. Online Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol. 2 No. 2 Thn. 2018 DOI 133 Standar Nasional Indonesia SNI 01-3840-1995. Syarat Mutu Roti Tawar. Jakarta Dewan Standar Nasional. Sudarno. 2015. Eksperimen Pembuatan Roti Tawar Subtitusi Yepung Kulit Ari Kedelai Varietas. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Sudirman, Nurlinda. 2012. Gambaran Penggunaan Pengawet Formalin Pada Tahu di Pasar Tradisional Pa’baeng-Baeng Kota Makassar. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Sugiharto, Ribut, Dyah Koesoemawardhani, Tias Apriyani. 2016. Efek Penambahan Antioksidan Terhadap Sifat Sensori dan Lama Simpan Roti Tawar Yang Difortifikasi dengan Minyak Ikan. Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 21 Susiwi S. 2009. Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan. Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Tarar, Omer Mukhtar, Salim Ur Rehman , Ghulam Mueen Ud Din, Mian Anjum Murtaza. 2008. Studies On The Shelf Life Of Bread Using Acidulants And Their Salts. Turk J Biol 34 2010 133-138. Tranggono, Sutardi, Haryadi. Suparmo, Agnes. M, Slamet, Kapti. R, Sri Naruki dan Mary A. 1988. Food Additive Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta Universitas Gajdah Mada. Waruwu, Forianus, Elisa Julianti dan Sentosa Ginting. 2015. Evaluasi Karakteristik Fisik, Kimia Dan Sensori Roti Dari Tepung Komposit Beras, Ubi Kayu, Kentang Dan Kedelai Dengan Penambahan Xanthan Gum. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Weber, Rebecca J. 2008. Shelf Life Extension of Corn Tortillas. Kansas State University. Wijayanti, 2007. Subtitusi Tepung Gandum Triticum aestivum dengan Tepung Garut Maranta arundinaceae I pada Pembuatan Roti Tawar. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. ... Penambahan bahan tambahan pangan dan pengawet berupa kalsium propionat pada proses produksi dapat menurunkan kadar air produk akhir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Anam et al., 2019 menyatakan kadar air roti tanpa penambahan kalsium propionat sebesar 33,62% sedangkan roti dengan penambahan kalsium propionat memiliki kadar air berkisar antara 30,62%-32,39%. Hal tersebut disampaikan juga bahwa penambahan kalsium propionat dapat menurunkan kadar air bahan pangan dikarenakan bahan pengawet bersifat higroskopis. ...... Penambahan kalsium propionat sebagai bahan tambahan pangan pada proses produksi dapat dijadikan sebagai mineral dan juga bahan pengawet pada roti. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Anam et al., 2019 yaitu pada roti tanpa penambahan kalsium propionat memiliki kadar abu senilai 0,54% sedangkan pada roti dengan penambahan kalsium propionat mempunyai kadar abu berkisar antara 1,22% sampai 1,41%. Kadar abu merupakan suatu bahan campuran yang terdiri dari komponen anorganik atau mineral yang terkandung pada suatu bahan makanan. ...Tiara Ayu Paramita Damat DamatVritta Amroini WahyudiIndustri roti pada bidang pangan untuk menjaga kualitas produk akhir perlu memperhatikan tahapan cooling yang berpengaruh pada mutu roti. Penelitian sebelumnya menunjukan pada proses cooling dengan suhu berbeda, berpengaruh terhadap suhu pengemasan roti yang mempengaruhi kualitas mutu. Parameter yang berpengaruhi adalah karakteristik kimia dan organoleptik, Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui interaksi antara perlakuan suhu dan waktu cooling terhadap karakteristik kimia dan organoleptik roti manis. Metode penelitian meliputi Rangcangan acak kelompok RAK Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor 1 T pemberian suhu cooling, faktor 2 R pemberian lama waktu cooling dengan memiliki 6 level T1RI 16oC1 jam, T2R1 30oC1 jam, T1R2 16oC2 jam, T2R2 30oC2 jam, T1R3 16oC3 jam, dan T2R3 30oC3 jam. Parameter meliputi karakteristik organoleptik tekstur, aroma, warna dan rasa, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan total kapang. Sampel yang digunakan adalah roti manis. Hasil penelitian menunjukan berpengaruh nyata terhadap kadar abu roti manis. Tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak, kadar protein, total kapang dan organoleptik roti manis meliputi warna aroma, rasa, dan RahimGatot Siswo HutomoMade TangkasChitra Anggriani SalingkatThe purpose of this research is the chemical characteristics of prebiotic bread from various modified sago starch, namely acetylated sago starch ASS, butyrylated sago starch BSS, phosphorylated sago starch PSS. Preparation of prebiotic bread was done by using a ratio of wheat flour WF with a single modified sago starch consisting of 360 WF0; 180 WF 180 ASS; 180 WF 180 BSS and 180 WF 180 PSS with 4 replicates. Research parameters include water, ash, fat, protein, fiber and carbohydrate content. The results showed that the best prebiotic bread was obtained at 180 WF180 ASS with water, ash, fat, protein, fiber and carbohydrates. Modified sago starch has been potential as an alternative raw material for the manufacture of prebiotic bread. Aulia AlfiVirgin Coconut Oil VCO adalah bahan alami yang memiliki sifat antimikroba antivirus, antibakteri, dan antijamur. Sehingga VCO dapat memberikan efek pengawet pada bahan makanan, salah satunya adalah roti manis. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh VCO terhadap karakteristik fisik dan kimia dan umur simpan roti manis. Roti manis dianalisis secara fisik tekstur dan porositas dan kimia kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kandungan karbohidrat, dan analisis umur simpan dengan FFA, uji organoleptik dan jamur setiap dua hari selama delapan hari penyimpanan di suhu ruang. Variasi perlakuan roti manis adalah dari rasio konsentrasi VCO margarin mentega, K 0% 8% 8%; A 4% 6% 6%; B 8% 4% 4%, C 12% 2% 2%; D 16% 0% 0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VCO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik fisik dan karakteristik kimia roti manis. Namun, VCO berpengaruh signifikan terhadap kadar air roti manis yang dihasilkan, roti manis K memiliki kadar air tertinggi 22,36% dan berbeda dengan sampel roti manis lainnya. VCO secara efektif menghambat pertumbuhan jamur di roti manis pada konsentrasi 8%, 12%, dan 16%. Roti manis K dan A memiliki masa simpan 4 hari, sedangkan roti manis B, C, dan D memiliki masa simpan 6 kunci VCO, roti manis, karakteristik, umur simpanABSTRACTVirgin Coconut Oil VCO is a natural ingredient that has antimicrobial antiviral, antibacterial, and antifungal properties. So that VCO can provide a preservative effect on food ingredients, one of which is sweet bread. This research was conducted to evaluate the effect of VCO on characteristics physical and chemical and shelf life of sweet bread. Sweet bread was analyzed physically texture and porosity and chemistry moisture content, ash content, fat content, protein content, and carbohydrate content, and shelf life analysis with FFA, organoleptic and mold tests every two days for eight days of storage at ambient temperature. Treatment variations of sweet breads is from the ratio of the concentration of VCO margarine butter, K 0% 8% 8%; A 4% 6% 6%; B 8% 4% 4%, C 12% 2% 2%; D 16% 0% 0%. The results showed that VCO did not have a significant effect on the physical characteristics and chemical characteristics of sweet bread. However, the VCO has a significant effect on the water content of the sweet bread produced, sweet bread K has the highest moisture content 22,36% and it is different from other sweet bread samples. VCO effectively inhibits the growth of sweet bread mold at concentrations of 8%, 12%, and 16%. K and A sweet bread has a shelf life of 4 days, while sweet breads B, C, and D have a shelf life of 6 VCO, sweet bread, characteristics, shelf lifeDina Khaira Mizana Netty SuhartiArni AmirAbstrakPangan yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat sebagai makanan kudapan di Indonesia adalah roti tawar. Jamur merupakan mikroorganisme utama yang berperan penting dalam proses pembuatan dan pembusukan roti. Aspergillus merupakan kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropik. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan jamur Aspergillus sp yang disimpan pada suhu kamar dan suhu di kulkas. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan jamur pada suhu kamar lebih cepat dibandingkan suhu kulkas. Pada suhu kamar 25C-28C, jamur Aspergillus sp tumbuh mulai hari ke-3 33,3% diikuti pada hari ke-4 66,7%, sedangkan pada suhu kulkas 10C-15C mulai tumbuh pada hari ke-5. Temperatur ini juga berhubungan dengan kelembaban relatif karena semakin tinggi suhu maka kelembaban relatif semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah suhu maka kelembaban relatif akan semakin tinggi. Kesimpulan studi ini ialah terdapat perbedaaan pertumbuhan jamur Aspergillus sp yang disimpan pada suhu kamar dan suhu di kulkas walaupun perbedaannya tidak terlalu kunci roti tawar, aspergillus sp, suhu, lama penyimpanan AbstractThe popular foods consumed by Indonesian citizens is loaves. Fungus is the main microorganism which has the main role in the process of loaves production and decomposition. Aspergillusis the eukaryotes microorganism that has the widest spread in the nature. This worm is also spreading in various substrates in the tropical and sub-tropical areas. The objective of this study was to compare the growth of Aspergillus sp stored in the room temperature and refrigerator temperature This research is analytic experimental. The results of this research showed that the growth of fungus in the room temperature is faster than refrigerator temperature. In the room temperature, the fungus growth starts in the day-3 that is followed by dy-4 while the refrigerator temperature 100C-150C shows that the fungus growth starts on day-5. The temperature is also related to the Relative Humidity RH, the higher the temperature, so RH will become lower and vice versa. The foods which store in the low RH will be damaged on the surface side since the fungus, yeast, and certain bacteria. Hence, the fungus on loaves stored in the room temperature will be faster than loaves stored in the refrigerator temperature. There is a difference on the growth of Aspergillus sp stored in the room temperature and refrigerator temperature, even if the difference is not too fresh bread, aspergillus sp, temperature, prolonged storage Azis Boing SitanggangDalam beberapa dekade terakhir, industri rerotian atau bakeri, baik dalam skala besar maupun kecil, selalu mengalami kenaikan pertumbuhan. Kenaikan pertumbuhan ini tentunya sejalan dengan keinginan konsumen akan produk bakeri yang segar, bergizi, dikemas dengan baik, dan bersifat stabil selama penyimpanapenyimpanan sehingga aman untuk dikonsumsi. Secara umum, produk bakeri atau rerotian dapat dibagi menjadi i produk yang tidak dimaniskan atau unsweetened goods seperti muffin, roti bagel dan jenis roti lainnya tanpa penambahan gula, ii produk yang diberi penambahan gula atau sweetened goods seperti donat, kue dadar, kukis, dan iii produk yang diisi atau filled goods seperti pastries, sandwiches, pizza. Sama halnya dengan produk pangan olahan lainnya, produk rerotian juga rentan terhadap penurunan mutu yang dapat diakibatkan oleh faktor fisik, kimia maupun Kumar Lohano Saghir Ahmed SheikhShahnawaz MuhammadThe study was conducted to evaluate the “effect of chemical preservatives on the shelf life of bread at various temperatures” at the Institute of Food Sciences and Technology, Sindh Agriculture University, Tandojam, in 2008. Two chemical preservatives calcium propionate CP and calcium lactate CL at 14±1, 22±1 and ambient temperature 32±2oC were assessed for their effect on keeping quality of bread. The results conclude that effects of CP and CL at 14, 22 and 32±2oC were equally significant at poC demonstrate superior performance by increasing shelf life up to a maximum level 370 h/ days followed by 22oC for 197 h/ days and 32±2oC for 123 h/ days in decreasing Fauzan Ninik RustantiLatar Belakang Prinsip terapi DM yaitu dengan memperhatikan IG makanan. IG dipengaruhi oleh karbohidrat total, kadar serat, protein dan lemak. Roti dengan substitusi tepung ampas kelapa merupakan salah satu inovasi alternatif makanan yang tinggi serat dan rendah karbohidrat untuk penderita DM. Tepung ampas kelapa memiliki kapasitas foaming dan gelatinisasi lebih rendah. Foaming dan gelatinisasi yang rendah pada bahan mempengaruhi tingkat volume pengembangan Menganalisis pengaruh substitusi tepung ampas kelapa terhadap kandungan gizi, serat dan volume pengembangan Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu konsentrasi tepung ampas kelapa 0%, 10%, 20% yang disubstitusikan dengan tepung terigu pada pembuatan roti. Setiap taraf perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan dan diukur secara duplo. Parameter yang diamati adalah kandungan gizi protein, lemak, karbohidrat, serat kasar dan volume pengembangan roti. Data dianalisis menggunakan one way ANOVA yang dilanjutkan uji pengaruh substitusi tepung ampas kelapa pada roti terhadap kadar protein bk p= kadar karbohidrat p = dan kadar serat kasar p= Tetapi substitusi tepung ampas kelapa pada roti tidak berpengaruh terhadap kadar lemak bb p = dan volume pengembangan p = Roti dengan 20% substitusi tepung ampas kelapa kadar protein bk tertinggi , kadar serat kasar tertinggi kadar karbohidrat terendah volume pengembangan terendah dan belum memenuhi standar volume pengembangan. Roti dengan 20% substitusi tepung ampas kelapa dapat menyumbang dari anjuran asupan serat tiap hari. Simpulan Substitusi tepung ampas kelapa berpengaruh meningkatkan kadar protein bk, serat kasar dan menurunkan kadar karbohidrat roti tetapi berpengaruh tidak bermakna menurunkan volume pengembangan dan belum memenuhi satandar volume pengembangan serta tidak berpengaruh terhadap kadar protein bb dan kadar lemak bb S. IgoeDictionary of Food Ingredients is a concise, easy-to-use resource covering over 1,000 food ingredients and additives, including natural ingredients, FDA-approved artificial ingredients, and compounds used in food processing. Organized alphabetically, definitions cover functionality, chemical properties, and applications, and thorough cross-referencing allows readers to follow related and similar ingredients. A section based on the Code of Federal Regulations lists food ingredients according to their US approval status, and a bibliography pinpoints further information. This revised and updated fifth edition features a new section, “Food Definitions and Formulations,” and a thoroughly expanded list of food ingredients approved for use in the European Union, with E numbers. In addition, the fifth edition provides new information on existing and more recently approved ingredients. The Dictionary is an unparalleled source of information, providing practical, scientific, and regulatory information on every important ingredient and category. This resource will be of value to food scientists, ingredient suppliers, dietitians, extension specialists, food customer service personnel, and J. WeberThe tortilla segment of the Mexican food market in the United States is rapidly growing. Tortillas are being used in many different mainstream applications, including wraps, lasagna, pizza, and appetizers. In 2000, the tortilla market was a $4 billion industry and with more than 85 billion tortillas consumed in the United States alone. As Mexican food becomes more common in the American diet, consumers start to branch out into a more authentic presentation of Mexican food. This causes a shift in consumption from flour to corn tortillas. As the consumer demand for corn tortillas increases, food manufacturing companies are challenged with producing a tortilla that will retain its softness, pliability, foldability, and flavor while remaining safe for consumption over several months. Since tortillas have two modes of deterioration, mold and staling, there are several factors that need to be considered. Hurdle technology is employed to prevent mold growth. By adjusting water activity, pH, storage temperature, and addition of preservatives mold growth can be prevented for a period of several months. Retaining tortilla texture over time is much more complicated. Tortillas stale through a complicated process of starch retrogradation. During cooking, the starch granules gelatinize and amylose and amylopectin leech out of the granules. After the tortillas are baked, the starch immediately begins to retrograde. The amylose and amylopectin complex together form a matrix that stiffens the tortilla. Based on current research, the shelf life of a corn tortilla can be extended through a combination of CMC maltogenic amylase 1650 Activity Units, sorbitol 3%, glycerol 4%. Master of Science Masters Food Science Institute J. Scott SmithPemanfaatan Ubi Jalar Ungu Ipomoea batatas L. Poir Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan Pada Roti TawarLiana HardokoHerdarto Dan Tagor MarsillamSiregarHardoko, Liana Herdarto dan Tagor Marsillam Siregar. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu Ipomoea batatas L. Poir Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan Pada Roti Tawar. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XXI No. 1Penentuan Umur Simpan Pada Produk PanganHeny HerawatiHerawati, Heny. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 274.Teknologi Pegolahan Roti. KoswaraKoswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pegolahan Roti. NelsonAlbersNelson, Renée Albers. 2010. Food Technology Fact Sheet. Robert M. Kerr Food & Agricultural Products Center.
Rotitawar 1 12,5 1 12,5 3 37,5 3 37,5 Biskuit 1 12,5 4 50 3 37,5 2 Umbi-umbian Kentang 2 25 6 75 Singkong 4 50 1 12,5 2 25 Ubi jalar 1 12,5 7 87,5 3 Protein Hewani Daging ayam 2 25 2 25 4 50 HARI KE 20 (SELAMA PENGAMATAN) KELOMPOK KONTROL RESPONDEN BB TB IMT KATEGORI .
Cara Menyimpan Roti Tawar agar Awet Tidak Jamuran – Dahulu banyak yang berfikir kalau sarapan dengan roti hanya dilakukan oleh orang-orang kaya saja, tetapi ternyata sarapan dengan roti justru lebih praktis dan ekonomis lho. Roti berasal dari olahan tepung terigu berprotein tinggi yang di tambahkan bahan-bahan lain seperti telur, mentega atau susu dan diuleni jadi satu dengan proses pematanagn di panggang atau di oven. Roti sendiri memiliki tekstur yang sangat lembut dan cocok dimakan kapan saja. Roti bisa terbuat dari beragam jenis tepung misalnya tepung terigu, tepung kentang bahkan tepung gandum. Karena mengandung bahan baku berupa tepung hal itu menjadikan roti bisa menjadi alternatif pilihan sumber karbohidrat. Roti dibedakan atas 3 jenis yaitu roti manis, roti asin dan roti tawar. Roti manis biasanya berisikan bahan toping atau isian yang bercita rasa manis seperti gula, coklat, selai, potongan buah atau susu. Sedangkan roti asin memiliki bahan toping atau isian yang bercita rasa asin misalnya keju, sosis dengan saus, abon, semur daging dan lain sebagainya. Sedangkan roti tawar adalah lembaran roti tipis yang biasanya disajikan dengan penambahan bahan toping atau isian sesuai selera kita sendiri. Roti tawar inilah yang kerap kali disajikan sebagai menu sarapan. Namun roti tawar ini juga sangat-sangat rentan jika disimpan terlalu lama. Namun sekarang kami sudah menuliskan trik dan Cara Menyimpan Roti Tawar Agar Awet Dan Tidak Jamuran yang bisa sangat bermanfaat bagi anda. Perhatikan tanggal beli atau pembuatan roti Selalu beli roti tawar yang masih baru dan fresh untuk memastikan jangka waktu penyimpanan roti secara akurat. Sebaiknya roti tawar hanya bisa disimpan 4-7 hari setelah tanggal pembuatan. Namun anda harus hati-hati jika ada produk roti tawar yang bisa disimpan lebih dari 10 hari, hal ini mengindikasikan kemungkinan penambahan zat-zat tertentu pada roti agar lebih tahan lama. Baca juga Cara Membuat Puding Roti Tawar Sedehana Simpan roti di dalam kulkas atau lemari es Untuk membuat roti menjadi lebih awet dan tidak mudah berjamur, anda bisa menyimpan roti tawar tersebut pada kulkas atau lemari es anda. Kulkas adalah teknologi yang diciptakan untuk membuat makanan lebih tahan lama karena menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur yang mungkin membuat makanan lebih cepat rusak. Dengan menyimpan roti tawar di dalam kulkas tentu anda bisa menjaga kesegaran roti tawar tersebut. Buka roti ketika hendak dikonsumsi Sebaiknya anda hanya membuka roti tawar ketika ingin mengonsumsinya. Jangan sampai anda membiarkan roti tawar pada udara terbuka dalam waktu yang cukup lama. Udara bebas yang bersentuhan dengan roti akan membuat roti menjadi keras. Bukan tidak mungkin adanya debu, bakteri, kotoran atau jamur akan ikut menempel pada roti dan menyebabkan bibit penyakit. Jadi tutup atau ikat bungkus roti ketika anda tidak memakanya untuk tetap mempertahankan tekstur, rasa serta aroma dari roti tawar itu sendiri. Jangan menyimpan roti dalam keadaan panas Ini tips untuk anda yang mungkin membuat roti tawar sendiri di rumah. Jika anda baru saja memasak roti, sebaiknya tunggu roti tawar menjadi dingin untuk kemudian disimpan. Jika anda menyimpan roti dalam keadaan panas atau hangat, akan ada penguapan yang menghasilkan butiran air. Butiran air ini akan menempel pada roti yang berpotensi menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya jamur yang bisa membuat roti menjadi cepat busuk. Jangan buang kulit roti tawar Banyak dari kita yang enggan menyantap roti tawar yang berkulit dan membuang bagian ini, padahal kulit dari roti tawar bisa menjadi penghalang udara masuk yang membuat roti menjadi cepat keras dan berjamur. Jadi sebaiknya anda tidak membuang roti tawar ketika hendak disimpan. Baca juga Resep Membuat Prol Roti Tawar Panggang Mudah dan Enak Itulah beberapa trik serta cara menyimpan roti tawar agar tidak mudah jamuran yang bisa anda coba di rumah. Tips ini tentu saja bisa jadi sangat bermanfaat terlebih bagi anda yang kerap kali mengonsumsi roti tawar sebagai makanan favorit. Roti tawar bisa anda nikmati dengan berbagai toping dan isian misalnya selai buah, pasta cokelat, parutan keju, susu kental manis atau olesan mentega serta taburan gula pasir. Selamat mencoba. dicampurdan diblender selama 2-3 sehingga membentuk emulsi. Kehomogenan emulsi diperiksa di bawah mikroskop. Sebanyak 20 ml emulsi tersebut dicampur dengan 5 g roti dan diberikan ke rotifera dalam tangki 25 l yang berisi 1000 rotifera/ml, dan dibiarkan selama 3-6 Jakarta - Cara menyimpan roti perlu diketahui para pencinta roti. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam cara menyimpan roti yang Anda suka makan roti, tak hanya rasanya saja yang harus Anda ketahui. Namun perhatikan juga 3 hal merupakan salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Dari sarapan hingga camilan malam, roti selalu dikonsumsi. Roti mengandung karbohidrat yang tinggi karena terbuat dari gandum. Maka itu roti bisa dijadikan hidangan pengganti nasi dan sumber karbohidrat lainnya. Dirangkum dari Times of India 14/10, berikut 3 hal penting yang harus Anda ketahui tentang cara menyimpan roti supaya kualitasnya tetap Juga Keren! 10 Kreasi Roti Tawar Super Cute Bikinan Baker JepangFoto iStock1. Waktu penyimpanan rotiRoti biasanya dijual di berbagai toko roti atau mungkin Anda bisa membuatnya sendiri. Bahan dasar roti adalah air, tepung terigu, dan ragi. Bahan tersebut membuat roti tidak dapat bertahan lama dan akan menimbulkan jamur, jika tidak disimpan dengan Anda membeli roti dari toko roti, mohon perhatikan masa kedaluwarsanya. Biasanya sebungkus roti dapat bertahan 5-6 hari pada suhu ruangan. Lebih dari waktu itu tidak disarankan untuk mengonsumsinya. Baik itu roti tawar, cokelat atau gandum. Jika Anda membuat roti sendiri, roti tersebut dapat disimpan hingga 7 hari pada suhu iStock2. Menambah lama waktu penyimpananAnda bisa saja menambah lama waktu pada penyimpanan roti selama Anda tidak membuka kemasan roti tersebut yang disimpan pada suhu kamar. Jika kemasan pada roti terbuka, sebaiknya langsung disimpan dalam wadah tertutup agar tahan lebih lama pada suhu kemasan aslinya rusak, Anda dapat menggunakan kotak roti atau kantong plastik lain untuk menyimpan potongan roti. Pilihan lain adalah menyimpan roti di teknik penyimpanan ini menjadi perdebatan karena roti akan mudah mengeras jika ditaruh di kulkas. Roti akan cepat mengeras jika roti tidak diletakkan pada kemasan asli atau kotak roti. Ada fakta lain jika Anda menyimpan roti dengan cara membekukannya, roti akan bertahan hingga 6 Juga Apakah Roti dan Keju yang Sudah Berjamur Akan Aman Dimakan?Foto iStock3. Cara untuk mengetahui roti kedaluwarsaUntuk mengetahui roti Anda sudah kedaluwarsa adalah jika roti sudah ditumbuhi oleh jamur dan ada aroma yang aneh. Jamur yang tumbuh pada roti yang sudah kedaluwarsa biasanya berwarna hijau atau putih. Terkadang jamur tersebut berwarna menyerupai warna tepung sehingga sulit untuk lain untuk mengetahui roti sudah kedaluwarsa adalah dari teksturnya. Jika roti menjadi terlalu keras dan kering, itu berarti roti sudah kedaluwarsa. Namun jika roti Anda hanya tumbuh jamur sebagian, cukup buang yang berjamur. Sisa roti yang tidak berjamur bisa dihaluskan dan dijadikan tepung roti unutk membalut kroket, chicken nugget, atau hidangan lainnya yang membutuhkan tepung Video "Indonesia Internasional Food Expo 2023 Resmi Dibuka di Surabaya" [GambasVideo 20detik] yms/adr
ObservatoriumBosscha ITB Gelar Pengamatan Hilal Penentu Hari Lebaran. mematuhi imbauan agar tidak berkegiatan yang melibatkan banyak orang di suatu tempat selama pandemi," kata dia, Minggu (1/5/2022). Suegerr Poll! Es Kapal Jadi Pelepas Dahaga Sejak 1950, Pakai Roti Tawar Makin Mantap! Fakta Dan Mitos. Sabtu, 16 Juli 2022 19:15 WIB.
Sugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar EFEK FORTIFIKASI MINYAK IKAN TERHADAP KADAR OMEGA-3 DAN SIFAT SENSORI ROTI TAWAR SELAMA PENYIMPANAN[The Effect of Fish Oil Fortification on the Omega-3 Fatty Acids and Sensory Properties of White Bread during Storage] Ribut Sugiharto , Sri Setyani, Nevy Rikafilanti Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145, Email korespodensi ributsugiharto Diterima 23-10-2014 Disetujui 25-02-2015ABSTRACT White bread is one type of bread that contains low amount of sugar and generally consumed daily. So far, white bread is used as a source of carbohydrates only, since other nutrients present in very small amounts. One effort to improve the nutritional value of white bread is fortified with omega-3 fatty acids, derived from fish oil. The purpose of this study was to determine the amount of fish oil added and storage time of white bread in order to produced white bread that contained high level of omega-3 fatty acid and good sensory properties. This research was arranged within a Complete Randomized Block Design in factorial with three replications. The first factor was the amount of fish oil added 0%, 1%, and 2% and the second factor was the storage time 0, 1, 2, and 3 days. The data were analyzed using Bartlett test for homogeneity and Tuckey test for additivity. The data then were analyzed by using ANOVA to see the differences between treatments and analyzed further using LSD at 5% level to determine the best treatment. The results showed that the white bread obtained by adding 1% fish oil and 0 days storage time resulted as the best treatment with total omega-3 fatty acid aroma less fishy, taste less taste fish oil, texture soft, and the overall acceptance was like. Keywords fish oil, fortification, omega-3, white Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang tidak banyak ditambah gula dan merupakan jenis roti yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sejauh ini roti tawar hanya digunakan sebagai sumber karbohidrat saja, sedangkan zat gizi lainnya ada dalam jumlah yang sedikit. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai gizi roti tawar adalah dengan fortifikasi asam lemak omega-3, yang berasal dari minyak ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar yang tepat agar dihasilkan roti tawar dengan kadar omega-3 yang tinggi dan sifat sensori yang baik. Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama yaitu jumlah minyak ikan yang ditambahkan, yaitu 0% M0, 1% M1, dan 2% M2 dari berat tepung terigu yang digunakan dan faktor kedua adalah lama penyimpanan roti tawar, yaitu 0 hari L0, 1 hari L1, 2 hari L2, dan 3 hari L3. Data uji sensori dianalisis kesamaan ragamnya degan uji Bartlett dan kemenambahannya dengan uji Tuckey. Data selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan uji ragam untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan, dan dilanjutkan dengan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5% untuk ,enentukan perlakukan terbaik. Data kadar asam lemak omega 3 yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil terbaik diperoleh dari perlakuan dengan penambahan jumlah minyak ikan sebanyak 1% dan lama penyimpanan selama 0 hari M1L0 dengan total kadar asam lemak omega 3 sebesar 1,27%, aroma 4,43 agak amis, tekstur 4,23Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 lembut, rasa 4,02 agak terasa minyak ikan, dan penilaian keseluruhan sebesar 3,95 suka. Kata kunci fortifikasi, minyak ikan, omega-3, roti tawar. PENDAHULUAN Roti merupakan produk pangan hasil fermentasi tepung dengan ragi roti dan bahan pengembang lainnya yang dipanggang untuk mematangkannya Mudjajanto dan Yulianti, 2004. Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang tidak banyak ditambah gula dan merupakan jenis roti yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sejauh ini roti tawar hanya digunakan sebagai sumber karbohidrat saja, sedangkan zat gizi lainnya ada dalam jumlah yang sedikit. Gaman dan Sherington 1992 menyatakan bahwa konsentrasi karbohidrat yang ada pada roti tawar yaitu mencapai 50% sedangkan protein, air, vitamin dan mineral masing-masing 8%, 39%, dan 1,5%, tetapi kadar lemaknya hanya sekitar 1,5%. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya fortifikasi pada roti tawar agar kadar asam lemak yang baik bagi tubuh meningkat, seperti dengan menambahkan asam lemak omega-3 yang bisa didapatkan dari minyak ikan. Penambahan asam lemak omega-3 pada roti tawar diharapkan dapat meningkatkan sifat fungsional roti tawar yang dapat menjadikan roti tawar memiliki nilai tambah. Namun masalahnya adalah asam lemak omega-3 memiliki sifat yang sensitif terhadap oksigen yang dapat menyebabkan oksidasi asam lemak ketengikan. Oksidasi asam lemak dapat menyebabkan perubahan sensori pada roti, terutama pada aromanya. Asam lemak yang teroksidasi biasanya akan menyebabkan penyimpangan aroma pada suatu produk pangan yaitu terbentuknya aroma yang tengik pada bahan pangan. Penyimpangan sensori produk pangan yang ditambahkan minyak ikan yang mengandung asam lemak juga akan mempengaruhi masa simpan dari produk tersebut. Penambahan minyak ikan ke dalam bahan pangan yang dilakukan oleh Lukito dan Arges 2009 menunjukkan bahwa penerimaan cookies yang difortifikasi dengan 10g minyak ikan menghasilkan cookies yang paling baik secara sensori dibandingkan perlakuan lainnya yaitu perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 20g dan 30g. Ye dan Cui 2009 melaporkan keju olahan yang difortifikasi dengan asam lemak omega-3 menghasilkan keju yang memiliki rasa amis. Berdasarkan penelitian-penelitian yang terdahulu, penelitian fortifikasi minyak ikan ke dalam roti tawar yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar yang tepat agar dihasilkan roti tawar dengan kadar omega 3 yang tinggi dan sifat sensori yang baik. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung terigu merek Cakra Kembar, gula pasir, air, ragi roti merek Saf-Instant, garam, susu full cream merek Dancow, shortening curah, pengembang merek Baker Bonus, minyak ikan curah, serta bahan-bahan untuk analisis seperti n-heksan, NaOH, NaCl, dan BF 3 . Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mixer, loyang, baskom, oven, timbangan, pemipih, plastik, soxhlet , Gas Sugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar Chromatography GC merek Hitachi 263-50, alat uji organoleptik, dan alat-alat penunjang analisis. Metode Penelitian Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama yaitu jumlah minyak ikan yang ditambahkan, sedangkan faktor kedua adalah lama penyimpanan roti tawar. Kombinasi perlakuan faktor pertama dan faktor kedua dapat dilihat pada Tabel 1. Data uji sensori dianalisis kesamaan ragamnya dengan uji Bartlett dan kemenambahannya dengan uji Tuckey. Data selanjutnya dianalisis lebih lanjut dengan uji ragam untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan, dan dilanjutkan dengan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5% untuk ,enentukan perlakukan terbaik. Data kadar asam lemak omega 3 yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tabel 1. Kombinasi perlakuan faktor pertama dan faktor kedua Faktor Pertama Penambahan Minyak Ikan Faktor Kedua Lama Simpan M0 Tanpa ditambah minyak ikan 0%, b/b L0 Lama penyimpanan 0 hari M1 Penambahan minyak ikan 1% b/b L1 Lama penyimpanan 1 hari M2 Penambahan minyak ikan 2% b/b L2 Lama penyimpanan 2 hari L3 Lama Penyimpanan 3 hari Pembuatan Roti Tawar Pembuatan roti tawar diawali dengan tahapan pencampuran bahan- bahan, yaitu 1000g tepung terigu, 80g gula pasir, 11g ragi roti, 15g garam, 5g pengembang dan ditambahkan 550ml air dingin dicampur dan dihomogenkan dengan mixer, kemudian 80g susu dan 40g shortening ditambahkan ke dalam adonan. Selanjutnya minyak ikan ditambahkan sesuai dengan perlakuan yang diberikan 0%,1%, dan 2% dari berat tepung terigu. Kemudian 50ml air dingin ditambahkan pada adonan, adonan dihomogenkan dengan mixer dengan kecepatan maksimum selama ±15 menit, hingga kalis. Adonan yang telah kalis didiamkan selama ±10 menit, kemudian adonan dipipihkan hingga ketebalan ±2 cm. Adonan yang telah dipipihkan, digulung dan dimasukkan ke dalam loyang sambil ditekan dipadatkan dan tutup loyang dibiarkan setengah terbuka selama 15 menit selanjutnya difermentasi selama ±60 menit pada suhu ruang dengan kondisi loyang tertutup rapat. Selanjutnya pemanggangan dilakukan pada suhu 200 C selama 30 menit. Setelah melewati beberapa tahapan tersebut akan dihasilkan roti tawar yang telah difortifikasi dengan minyak ikan. Pengamatan Pengamatan terhadap roti tawar yang difortifikasi dengan minyak ikan meliputi total kadar asam lemak omega-3, dan uji sensori meliputi aroma, tekstur, rasa, dan penilaian keseluruhan. Kadar Omega 3 Persiapan Sampel Lemak. Persiapan sampel lemak ekstraksi lemak dilakukan dengan metode soxhlet AOAC, 1995. Ekstraksi sampel roti diawali dengan penimbangan labu didih, kemudian penimbangan 50g roti tawar yang kemudian ditempatkan dalamFortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 Thimble selongsong tempat sampel, o VOLUME AKHIR KADAR OMEGA-3 % = ——————— X KONSENTRASI STANDARD X ————————— LUAS AREA BERAT SAMPEL LEMAK STANDAR Penentuan skala dalam uji sensori disesuaikan dengan perlakuan penambahan minyak ikan yang memungkinkan adanya aroma amis dan rasa minyak ikan roti tawar yang dihasilkan. Skala yang digunakan adalah Penilaian sensori yang dilakukan meliputi aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan. Penilaian aroma, tekstur, dan rasa dilakukan menggunakan uji Skoring, serdangkan penilaian keseluruhan dilakukan dengan uji Hedonik dengan 20 orang panelis. Uji Sensori Keterangan Konsentrasi standard ALA = 0,5% Volume akhir = 5ml Konsentrasi standard EPA = 50mg Bobot sampel Lemak = 0,2g Konsentrasi standard DHA = 50mg C. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan pola pemisahan dengan senyawa standar dengan membandingkan waktu retensi. Rumus perhitungan kadar linolenat, EPA, dan DHA lemak roti tawar o Detektor yang digunakan adalah detector FID Flame Ionization Detector dengan suhu 250 2 . dan H 2 C, gas carrier N C suhu terprogram dengan peningkatan suhu 5 C/menit, suhu injector 200 kemudian selongsong dimasukkan ke dalam soxhlet. Cawan disambungkan dengan soxhlet lalu pelarut heksan dituang dituang ke dalam soxhlet sebanyak 150ml, selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 5 jam sampai lemak dalam soxhlet berwarna jernih. Kemudian labu didih yang berisi lemak dikeringkan di oven pada suhu 70 o C panjang 4meter, diameter 0,3175cm, suhu kolom terprogram 150-180 o C selama 20 menit. Setelah dingin 2mL NaCl jenuh dan 5mL heksan ditambahkan ke dalamnya dan kemudian divorteks. Selanjutnya akan terjadi dua lapisan dengan heksan dibagian atas. Kemudian fraksi heksan bagian atas diinjeksikan sebanyak 2µl pada alat kromatografi gas. Turunan metil ester dari asam lemak dipisahkan menggunakan kromatografi gas dengan fase diam yang digunakan adalah kolom DEGS suhu 250 o 20% dipanaskan lagi dengan suhu 80 3 C selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 5ml BF o Pengukuran omega 3 dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi gas GC BBPP, 2013. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara berikut, 0,2g sampel minyak ditempatkan dalam tabung tertutup dan ditambahkan 5mL NaOH 0,5N dalam methanol dan dipanaskan pada waterbath suhu 80 Pengukuran Kadar Omega 3 C, sampai beratnya tetap. Berat lemak yang dihasilkan adalah selisih berat labu didih berisi lemak dan berat labu didih kosong awal. Sedangkan kadar lemaknya dihitung adalah berat lemak yang dihasilkan dibagi dengan berat sampel, kemudian dikalikan 100%. oLUAS AREA SAMPEL 3 3 2 3 4 5 1 Penilaian keseluruhan Sangat suka Suka Agak suka Tidak suka Sangat tidak suka 2 Analisis komposisi asam lemak menunjukkan total asam lemak omega 3, yang terdiri dari Alpha Linolenic Acid ALA, Ecoso Pentanoic Acid EPA, dan Docoso Heptanoic Acid DHA yang terdapat pada lemak roti tawar berkisar antara 0,75 4 5 1 Tekstur Sangat lembut Lembut Agak lembut Keras Sangat keras 2 4 Kadar Omega 3 5 1 Rasa Normal Agak terasa minyak ikan Terasa minyak ikan Sangat terasa minyak ikan Menyimpang 2 3 4 5 Aroma Normal Agak amis Amis Sangat manis Menyimpang Mutu Kriteria Skor Kriteria Skor Parameter Parameter Mutu Tabel 1. Skala penilaian sensori roti tawar. Sugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar 1 HASIL DAN PEMBAHASAN – Kadar asam lemak omega-3 tertinggi yaitu berasal dari perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 2% M2 dengan lama penyimpanan 0 hari L0. Kadar asam lemak omega-3 total ALA, EPA, dan DHA roti tawar hasil penelitian disajikan pada Gambar 1, sedangkan kromatogram hasil analisis kadar asam lemak omega-3 disajikan pada Gambar M0L0 M0L1 M0L2 M0L3 M1L0 M1L1 M1L2 M1L3 M2L0 M2L1 M2L2 M2L33 % Gambar 1. Grafik total kadar asam lemak omega 3 pada roti tawar Kad ar Om e ga PerlakuanFortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 Gambar 2. Kromatogram hasil analisis kadar asam lemak omega-3 Penambahan minyak ikan pada roti tawar akan mempengaruhi peningkatan jumlah asam lemak omega-3 pada roti tawar. Peningkatan total omega- 3 pada setiap perlakuan penambahan jumlah minyak ikan diduga terjadi karena adanya penambahan minyak ikan yang mengandung kadar omega-3 yang tinggi. Pada penelitian ini minyak ikan yang digunakan untuk fortifikasi pada roti tawar yaitu minyak ikan dengan total kadar asam lemak omega-3 sebesar 4,65%, dengan kadar ALA sebesar 3,88g/100g minyak, EPA sebesar minyak dan DHA sebesar minyak. Gambar 1 menunjukkan semakin banyaknya jumlah minyak ikan yang ditambahkan pada adonan roti tawar maka akan semakin tinggi pula kadar asam lemak omega-3 total yang terkandung di dalamnya. Penambahan minyak ikan sebanyak 2% M2 dari bahan baku tepung terigu yang digunakan menghasilkan roti dengan kadar omega-3 yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 1,64%. Pada penambahan minyak ikan sebanyak 2% baik dengan lama penyimpanan selama 0 hari, 1 hari, 2 hari, maupun 3 hari memiliki nilai total omega- 3 yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun pada parameter lainnya yaitu sifat sensorinya memiliki nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Pada penambahan minyak ikan sebanyak 1% dengan lama penyimpanan selama 0 hari M1L0 memiliki nilai sensori yang baik dibandingkan perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 2% serta kadar omega-3 pada perlakuan M1L0 walaupun tidak lebih tinggi dibandingkan perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 2% tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan Gambar 1, faktor lama penyimpanan menunjukkan adanya penurunan kadar omega 3 setiap harinya. Hal ini diduga karena terjadinya proses oksidasi pada roti tawar selama penyimpanan. Proses oksidasi mudah terjadi pada asam lemak tak jenuh ganda, omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda. Proses oksidasi dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas asam lemak omega 3 yang terkandung di dalam roti. Semakin lama penyimpanan roti tawar maka akan memungkinkanSugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar terjadinya proses oksidasi yang akan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar omega-3. Borneo et al. 2007 menyatakan bahwa terjadi sedikit penurunan kadar EPA, DHA, dan total asam lemak omega-3 selama penyimpanan cookies yang diamati setiap minggunya mulai dari pengamatan hari ke-0 minggu ke-1 hingga hari ke-28 minggu ke-4. Aroma Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jumlah penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar berpengaruh nyata terhadap aroma roti tawar yang dihasilkan. Analisis lebih lanjut dengan uji BNT 5% menunjukkan bahwa nilai aroma tertinggi diperoleh dari perlakuan M0L2, sedangkan nilai aroma terendah pada penambahan minyak ikan sebanyak 0%, 1%, dan 2% dengan lama penyimpanan 3 hari M0L3, M1L3, dan M2L3. Penurunan nilai aroma roti tawar disebabkan ketidak sukaan panelis, karena aroma roti semakin amis. Semakin amisnya roti tawar karena minyak ikan memiliki aroma yang amis sehingga apabila ditambahkan pada roti tawar juga dapat menyebabkan aroma yang sedikit lebih amis pada roti tawar yang dihasilkan dibandingkan dengan roti tawar yang tidak ditambahkan minyak ikan serta selama penyimpanan memungkinkan terjadinya perubahan aroma yang menyebabkan panelis memberikan nilai yang lebih rendah. Syamsir 2011 menyatakan penguapan komponen flavor yang bersifat volatil, dan/atau pemerangkapan komponen flavor oleh polimer pati amilosa menyebabkan hilangnya aroma roti segar selama penyimpanan. Selain itu, beberapa komponen bersifat sangat labil dan jumlahnya menurun selama penyimpanan karena reaksi oksidasi atau reaksi lainnya. Data hasil uji BNT 5% untuk aroma dapat dilihat pada Gambar M0L2 M0L0 M1L0 M0L1 M1L2 M1L1 M2L0 M2L1 M2L2 M0L3 M1L3 M2L3 Gambar 3. Grafik interaksi jumlah minyak ikan dan lama simpan terhadap aroma rpti tawar perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah minyak ikan yang ditambahkan dan semakin lama penyimpanan roti tawar maka semakin rendah nilai skor uji organoleptik aroma roti tawar. Hal ini diduga karena minyak ikan memiliki aroma yang sangat amis, sehingga penambahan minyak ikan yang lebih banyak menyebabkan aroma roti tawar juga menjadi lebih amis. Taylor N il ai Se n sori Arom a Perlakuan a a a a b b c c d e e eFortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 1989 menyatakan bahwa pada roti “white pan bread” yang ditambah minyak ikan sebanyak 2% memiliki aroma yang sedikit amis. Pada hari ketiga aroma normal khas roti tawar hilang dan mulai terjadi penyimpangan aroma seperti aroma apek dan tengik akibat terjadinya reaksi oksidasi pada roti tawar. Tekstur Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah penambahan minyak ikan dan interaksi antara jumlah penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur roti, sedangkan perlakuan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata terhadap tekstur roti tawar yang difortifikasi dengan minyak ikan. Berdasarkan analisis lanjut dengan BNT pada taraf nyata 5% didapatkan nilai tertinggi pada perlakuan L0 4,23 dan nilai terendah padda perlakuan L3 3,99. Hal ini diduga karena pada penyimpanan 0 hari dan 1 hari belum banyak terjadi perubahan distribusi air di dalam roti sehingga roti belum mulai mengeras sedangkan pada penyimpanan selama 2 hari dan 3 hari semakin banyak terjadi perubahan distribusi air dalam roti. Data hasil uji BNT 5% untuk tekstur dapat dilihat pada Gambar L0 L1 L2 L3 perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan roti tawar maka tekstur roti tawar akan menjadi semakin keras. Syamsir 2011 menjelaskan bahwa roti kehilangan karakteristik sensoriknya secara bertahap selama penyimpanan, karena bagian crumb menjadi lebih kering, keras, dan Gambar 4. Grafik pengaruh lama simpan terhadap aroma roti tawar staling , aktivitas air pada crumb lebih tinggi dari air pada crust menyebabkan air berpindah dari bagian crumb ke crust. Terperangkapnya sebagian air di dalam kristal pati menyebabkan distribusi air di dalam crumb bergeser dari gluten ke pati sehingga menurunkan ketersediaan air. Hal ini menyebabkan tekstur crumb menjadi kering dan rapuh. Hal ini pula yang menyebabkan tekstur roti pada hari ketiga menjadi lebih kering, keras dan rapuh dibandingkan perlakuan lainnya. N il ai S e n so ri T e ks tu r Perlakuan A A B C rapuh, crust menjadi lembek. Hal ini disebut dengan bread staling. SelamaSugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar Rasa Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata terhadap rasa roti tawar yang difortifikasi dengan minyak ikan. Interaksi antara kedua perlakuan juga sangat berpengaruh nyata terhadap rasa roti tawar yang dihasilkan. Analisis lebih lanjut dengan menggunakan BNT 5% menunjukkan bahwa skor tertinggi untuk nilai sensori rasa dihasilkan dari perlakuan M0L0 dan M0L1, sedangkan penilaian sensori terentag pada perlakuan penyimpanan 3 hari. M0L0 dan M0L1 tidak berbeda nyata dikarenakan pada perlakuan M0L0 dan M0L1 tidak adanya penambahan minyak ikan ke dalam adonan roti tawar dan roti tawar yang disimpan selama 0 hari dan 1 hari belum memberikan perubahan pada rasa roti tawar. Data hasil uji BNT 5% untuk rasa roti tawar dapat dilihat pada Gambar M0L0 M0L1 M1L0 M0L2 M1L1 M1L2 M2L0 M2L1 M2L2 M2L3 M0L3 M1L3 perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Gambar 5 juga terlihat bahwa semakin banyak minyak ikan yang ditambahkan dan semakin lama penyimpanan roti tawar menyebabkan semakin rendahnya penilaian panelis terhadap rasa roti tawar. Hal ini diduga karena minyak ikan memiliki rasa yang khas sehingga dapat mempengaruhi rasa dari produk yang difortifikasi dengan minyak ikan. Menurut Taylor 1989, pada roti “white pan bread ” yang ditambah minyak ikan memiliki rasa yang sedikit amis yang mengganggu penerimaan konsumen. Semakin lama penyimpanan roti tawar semakin rendah nilai organoleptiknya dikarenakan selama penyimpanan terjadi perubahan rasa pada roti tawar yang dihasilkan akibat hilangnya flavor aroma dan rasa khas roti tawar. Selain itu, pada perlakuan penambahan minyak ikan ke dalam adonan roti tawar juga diduga menjadi salah satu penyebab rasa roti tawar selama penyimpanan semakin rendah dari hari ke. Penilaian Keseluruhan Gambar 5. Grafik interaksi jumlah minyak ikan dan lama simpan terhadap rasa rpti tawar N il ai S e n so ri R as a Perlakuan A A B B CD E E F G G G Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata terhadap penilaian keseluruhan oleh panelis terhadap roti tawar. Interaksi antara kedua perlakuan juga sangat berpengaruh nyata terhadap penilaian keseluruhan oleh panelis terhadap rotiFortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 tawar yang dihasilkan. Uji lanjut dengan menggunakan BNT 5% menunjukkan bahwa perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 0% dan lama penyimpanan 0 hari M0L0 dan perlakuan penambahan minyak ikan sebanyak 0% dan lama penyimpanan 1 hari M0L1 mendapat nilai penerimaan keseluruhan tertinggi. Sedangkan perlakuan dengan lama penyinpanan 3 hari M0L3, M1L3, dan M2L3 nilai penerimaan keseluruhannya palinh rendah. Data hasil uji BNT 5% untuk rasa dapat dilihat pada Gambar M0L0 M0L1 M1L0 M1L1 M0L2 M2L0 M1L2 M2L1 M2L2 M0L3 M1L3 M2L3 Gambar 6. Grafik interaksi jumlah minyak ikan dan lama simpan terhadap penilaian keseluruhan roti tawar perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Gambar 6 menunjukkan semakin banyak jumlah minyak ikan yang ditambahkan dan semakin lama penyimpanan roti tawar maka semakin rendah penilaian keseluruhan terhadap roti tawar yang dilakukan oleh panelis atau semakin banyak panelis yang kurang menyukai roti tawar tersebut. Roti tawar dengan penambahan minyak ikan sebanyak 0% dan lama penyimpanan roti tawar selama 0 hari M0L0 dan roti tawar dengan penambahan minyak ikan 0% dan lama penyimpanan 1 hari M0L1 adalah roti tawar yang paling disukai panelis dibandingkan perlakuan lainnya yaitu dengan nilai uji organoleptik sebesar 4,52 dan 4,38. Hal ini diduga karena penambahan minyak ikan yang semakin banyak dan lama penyimpanan roti tawar yang semakin lama memberikan perubahan-perubahan aroma, rasa, dan tekstur dari roti tawar, sehingga menyebabkan panelis menjadi kurang menyukainya. Roti tawar yang ditambahkan minyak ikan lebih banyak memiliki aroma yang lebih amis dan semakin lama penyimpanan roti tawar menyebabkan timbulnya aroma menyimpang, seperti aroma apek dan tengik pada roti tawar. Tekstur roti tawar juga mengalami perubahan akibat penyimpanan roti tawar yang terlalu lama, tekstur roti menjadi lebih keras. Roti tawar yang ditambah minyak ikan lebih banyak juga memiliki rasa yang tidak disukai panelis karena semakin banyak minyak ikan yang ditambahkan, roti tawar menjadi semakin terasa minyak ikan. Borneo et al. 2007 melaporkan bahwa berdasarkan penerimaan konsumen secara keseluruhan grafik penilaian kesukaan cookies yang difortifikasi dengan asam lemak omega 3 lebih rendah dibandingkan grafik cookies tanpa N il ai Pe n il ai an Ke se lu ru h an Perlakuan A A B B BC C D E F F FSugiharto et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar penambahan asam lemak omega 3. Rasa omega 3 dan nilai uji sensori yang dan aroma merupakan faktor yang paling meliputi aroma, tekstur, rasa, dan berpengaruh pada penerimaan konsumen penilaian keseluruhan. Perlakuan terbaik terhadap produk yang diperkaya dengan yang diharapkan adalah kadar asam lemak minyak ikan karena memiliki risiko yang omega 3 tinggi, aroma normal, tekstur relatif tinggi terhadap terjadinya oksidasi sangat lembut, rasa normal, dan penilaian lipid dan berpengaruh terhadap rasa. keseluruhan yang sangat disukai oleh panelis. Tabel 2 merupakan tabel Penentuan Perlakuan Terbaik penunjang untuk pertimbangan pemilihan Penentuan perlakuan terbaik perlakuan berdasarkan pengurutan ranking dalam penelitian ini berdasarkan lima dari setiap perlakuan. parameter uji yaitu kadar asam lemak Tabel 2. Rekapitulasi ranking hasil penilaian parameter dari setiap perlakuan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf 5%. Parameter Perlakuan * Penilaian Jumlah Urutan Kadar Omega-3 Aroma Tekstur Rasa Keseluruhan M0L0 4 10 4 41 2 M0L1 3 10 3 39 3 M0L2 2 12 2 9 9 34 6 M0L3 1 1 1 2 2 7 12 ** M1L0 8 10 4 10 9 41 1 M1L1 7 7 3 8 9 34 5 M1L2 6 8 2 7 8 M1L3 5 1 1 2 2 11 11 M2L0 12 4 6 34 4 M2L1 11 3 5 5 33 7 M2L2 10 4 2 4 4 24 9 M2L3 9 1 1 2 2 15 10 Penilaian diberikan untuk setiap parameter analisis, dengan skala 1-12, dimana semakin tinggi nilai maka * ** perlakuan yang digunakan semakin baik. Berdasarkan analisis deskriptif Perlakuan yang terbaik yang dipilih Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan terbaik, dengan nilai yang sama perlakuan penambahan minyak ikan yaitu 41, tetapi M1L0 mempunyai kadar sebanyak 1% dan lama penyimpanan roti asam lemak omega-3 sebesar dan selama 0 hari M1L0 dan penambahan M0L0 mengandung asam lemak omega-3 minyak ikan sebanyak 0% dengan lama sebesar yang diduga berasal dari penyimpanan 0 hari M0L0 adalah susu dan shortening yang ditambahkanFortifikasi minyak ikan pada roti tawar Sugiharto et al Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 Maret 2015 pada adonan. Pada penelitian ini dipilih perlakuan M1L0 sebagai perlakuan terbaik dengan alasan M1L0 memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan M0L0, dengan skor aroma 4,43 agak amis, skor tekstur 4,233 lembut, skor rasa 4,02 agak terasa minyak ikan, dan skor penilaian keseluruhan oleh panelis 3,95 suka. Walaupun hasil dengan penambahan sejumlah minyak ikan ke dalam roti tawar tidak sebaik perlakuan tanpa penambahan minyak ikan, aroma dan rasa roti tawar dengan penambahan 1% minyak ikan dengan lama penyimpanan 0 hari masih memiliki nilai skor yang paling mendekati normal dibandingkan perlakuan penambahan minyak ikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan minyak ikan ke dalam adonan roti tawar masih bermanfaat dalam hal meningkatkan kadar omega 3 pada roti tawar serta roti tawar tersebut masih dapat diterima oleh PUSTAKA Hal yang perlu dilakukan pada penelitian selanjutnya adalah penambahan bahan tambahan pangan food additive yang memungkinkan untuk menutupi masking aroma amis minyak ikan dan rasa minyak ikan pada roti tawar sehingga panelis lebih menerima produk roti tawar yang difortifikasi dengan minyak ikan serta perlunya bahan tambahan pangan food additive untuk memperpanjang masa simpan roti tawar. KESIMPULAN 1. Penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap, aroma, rasa, dan penilaian keseluruhan roti tawar, namun tekstur roti tawar hanya dipengaruhi oleh faktor lama penyimpanan. Penambahan minyak ikan dan lama penyimpanan roti tawar juga mempengaruhi kadar asam lemak omega-3. 2. Hasil terbaik diperoleh dari perlakuan dengan penambahan jumlah minyak ikan sebanyak 1% dan lama penyimpanan selama 0 hari M1L0 dengan total kadar asam lemak omega- 3 sebesar aroma 4,43 agak amis, tekstur 4,23 lembut, rasa 4,02 agak terasa minyak ikan, dan penilaian keseluruhan sebesar 3,95 suka. AOAC. 1995. Official Method of Analysis of The Association of Official Analitycal of Chemist. Published by The Association of Analitycal Chemist, Inc. Arlington, Virginia, USA. BBPP. 2013. Prosedur Kerja Kromatografi Gas. Balai Besar Penanganan dan Pengembangan Pasca Panen. Bogor. Borneo, R., D. Kocer, G. Ghai, Tepper, and Karwe. 2007. Stability and consumer acceptance of long chain omega-3 fatty acids eicosapentaenoiec acid, 205, n-3 and docosahexaenoic acid, 226, n- 3 in cream-filled sandwich cookies. J. of Food Science. 72 49-54. Gaman, and Sherington. 1992. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Lukito, V., and A. Arges. 2009. The Effects of adding omega 3 fatty acid on the texture and taste of chocolate chip cookies. 3/Project_Archive/Fall_2009/Fish df. Diakses pada tanggal 11 Februari et al Fortifikasi minyak ikan pada roti tawar Mudjajanto dan Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya. Jakarta. Syamsir, E. 2011. Bread Staling. bread-staling/. Diakses tanggal 10 Oktober 2013. Taylor. 1989. Fish Oil in Bakery Food. America Institute of Baking, Manhattan. Ye, A and J. Cui. 2009. Evaluation of processed cheese fortified with fish oil emulsion. J. Food Research International 8 1093- 1098.
berbagaimacam jenis roti tawar, roti manis, roti kering dan cake. Praktik Kerja Lapangan di PT Multi Star Rukun Abadi ini bertujuan untuk mempelajari kegiatan Data diperoleh selama pengamatan 15 hari (2 Februari sampai dengan 19 Februari 2021, tanpa pengambilan data di tanggal merah). Analisis faktor penyebab apkir
CaraMembuat Roti Tawar: Olesi bagian dalam dan tutup loyang roti tawar dengan margarin, lalu sisihkan. Masukkan mentega/butter margarine, kuning telur, dan air es ke dalam wadah. Aduk hingga tercampur rata. Masukkan tepung terigu, gula, garam, pelembut roti, susu bubuk, dan ragi, Uleni hingga adonan kalis.
. 318 328 488 4 432 76 76 15

pengamatan roti tawar selama 3 hari